adat istiadat nusa tenggara barat
DILOMBOK NUSA TENGGARA BARAT Oleh : Agus Rauham Jayadi SMA Negeri 8 Mataram adat istiadat, dan status sosial, sesuai dengan maksud penggunaannya.11 Adat perkawinan pada masyarakat Lombok dikaitkan dengan upacara adat seorang serah aji krama. Seorang pemuda (terune atau bajang) dapat
NusaTenggara Barat [2016-11-29 18:31:50, view 3456] Upacara Perang Topat Upacara Perang Topat ini dilakukan oleh suku Sasak. Upacara ini merupakan Nyongkolan adalah sebuah kegiatan adat yang menyertai rangkaian acara dalam prosesi [2016-11-29 18:26:49, view 2962] Upacara Adat "Merariq"
Floresini termasuk kedalam gugusan Kepulauan Sunda Kecil ditemani oleh Bali dan Nusa Tenggara Barat (NTB). Flores ini mempunyai luas wilayah sekitar 14.300 kilometer persegi. Adat- istiadat ini tidak hanya meliputi bahasa dan tradisi, namun juga pakaian hingga rumah. Salah satu adat yang dimiliki Nusa Tenggara Timur adalah Kain Tenun Ikat
Setidaknya ada 36 Tempat Wisata di Tasikmalaya Jawa Barat yang wajib anda kunjungi bersama orang-orang tercinta :D. Berikut ini diataranya: 1. Objek Wisata Alam Curug Dengdeng di Tasikmalaya. Nah ini dia objek wisata di Tasikmalaya yang sangat terkenal itu, Curuh Dengdeng.
SetuBabakan memang sudah banyak dikenal oleh publik sebagai Kampung Betawi. Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan kental dengan komunitas yang berkembang bersama dengan kesenian, adat istiadat, religi, kuliner dan juga arsitektur asli Betawi. Tidak salah rasanya jika Museum Betawi ini berdiri di kawasan Setu Babakan.
Rumahadat ini juga bisa Bela jadikan sebagai alternatif tempat wisata, lho. Daripada penasaran, langsung aja simak 5 rumah adat Nusa Tenggara Barat (NTB) yang sudah Popbela rangkum di bawah ini, yuk! 1.
Pakaianini berdasarkan pakaian adat Rote. Suku Bangsa Nusa Tenggara Timur; Penduduk asli Nusa Tenggara Timur terdiri dari berbagai suku yang mendiami daerah-daerah yang tersebar Diseluruh wilayah Nusa Tenggara Timur, sebagai berikut: Helong: Sebagian wilayah Kabupaten Kupang; Dawan: Sebagian wilayah. Tetun: Sebagian besar Kab.
SukuSasak merupakan penduduk yang menghuni pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Pulau Lombok ditinggali oleh masyarakat Sasak yang sekitar 80 % beragama Islam, 15 % Hindu (sebagian besar dulunya berasal dari Bali), sisanya pemeluk agama lain dari berbagai etnis selain tersebut di atas. Komposisi ini terjadi setelah perjalanan agama-agama dalam
SimpanSimpan adat istiadat Untuk Nanti. 0 penilaian 0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara) 133 tayangan 44 halaman. Adat Istiadat. Judul Asli: adat istiadat dan kini terbagi menjadi 3 provinsi: Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Selain terdiri dari Pulau Bali, wilayah Provinsi Bali juga terdiri dari pulau-pulau
Lombokadalah sebuah pulau di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Pulau ini terletak di sebelah timur Pulau Bali yang dipisahkan oleh Selat Lombok dan di sebelah barat Pulau Sumbawa yang dipisahkan oleh Selat Atas. Luas wilayah pulau Lombok adalah sekitar 5435 km 2 merupakan pulau terbesar ke 108 di dunia. Pulau ini juga terdiri dari 5 kota dan
. Sumbawa, IDN Times - Suku Samawa tidak lain adalah penyebutan untuk Suku Sumbawa yang menghuni wilayah barat dan tengah dari Pulau Sumbawa. Suku Samawa tinggal di dua kabupatan yakni Kabupaten Sumbawa dan Sumbawa Barat. Suku Sumbawa menyebut dirinya sebagai Tau Samawa atau orang Samawa dengan menggunakan bahasa daerah Sumbawa sebagian besarnya menganut agama Islam. Melihat dari sejarahnya, Sumbawa pernah melakukan pembangunan sebuah kerajaan yang bernama dengan Kesultanan Karaci dan barapan keboilustrasi tradisi Barapan Kebo dari Sumbawa Indonesia tidak akan lepas dengan adanya budaya dan adat istiadat. Setiap daerah mempunyai keanekaragaman yang menjadikan ciri khas dan beberapa tradisi yang masih dilakukan hingga saat ini. Di antaranya adalah karaci dan barapan merupakan bentuk permainan yang sudah ada sejak ratusan tahun menjadi salah satu hiburan bagi raja Sumbawa kala itu. Karaci terdiri atas 2 orang dewasa yang asli dari Sumbawa yaitu adanya seorang wasit pemisah dan sandro atau dukun dan tugasnya untuk melakukan pengobatan luka para petarung akan menggunakan sebuah tongkat yang dinamakan dengan sesambu dan perisai dari bahan kulit kambing ataupun kerbau. Dalam permainannya diiringi dengan gerakan tarian petarung untuk memulai karaci disertai berbalas pantun agar mendapatkan lawan Barapan Kebo adalah sebuah Tradisi Pacu Jawi. Ini merupakan tradisi yang menjadi kebanggaan masyarakat Sumbawa. Barapan Kebo dilakukan di persawahan berlumpur dengan genangan air, dalam melakukannya terdapat joki yang bertugas mengambil saka yakni tongkat kayu tertancap di sudut sawah secara pemain tersebut berhasil mengambil tongkat kayu dan mencapai garis finish, maka dinyatakan sebagai pemenangnya. Peserta bukan mengincar hadiah namun, sebagai arena pertaruhan harga diri dan juga martabat, selain itu ketika kerbau bisa menjuarai permainan harga jualnya sangat tinggi. Baca Juga Barapan Kebo, Event Menyambut Musim Panen di Sumbawa 2. Pacuan kuda, pandai besi dan nyorongPacuan Kuda. Dok. Pordasi.Pacuan kuda atau maen jaran sudah ada sejak kolonial Belanda masih ada di Indonesia dan hingga sampai detik ini tradisi masih dipegang teguh oleh masyarakat Sumbawa. Maen Jaran akan dilakukan setelah musim panen yang menjadikan cerminan rasa permainan ini adalah anak kecil yang masih berusia 9 hingga 12 tahun. Maen jaran sebagai atraksi hiburan, selain itu juga menjadi ajang untuk meningkatkan harga jual pada kuda ketika menjuarai Batu Alang tidak lain adalah desa yang mana masyarakatnya mempunyai kemampuan dalam pandai besi. Kemampuannya didapatkan karena warisan turun temurun dari nenek pembuatan dan polanya masih menggunakan cara tradisional. Ketika berkunjung ke daerah ini akan melihat pembuatan senjata di antaranya pisau, parang atau alat itu, ada pula Nyorong. Ini merupakan bentuk rangkaian dari prosesi pernikahan putra-putri Sumbawa dengan cara mengantarkan barang dari keluarga calon pengantin laki-laki ke calon pengantin perempuan. Barang yang di antar berupa bahan kue, bahan makanan, pakaian hingga tempat Nyorong dilakukan untuk menjalin silaturahmi antara kedua keluarga dari BahasaIstana Dalam Loka Bahasa yang digunakan oleh masyarakat Sumbawa mulai dari bahasa Sumbawa, Melayu hingga bahasa Nasional yaitu Indonesia. Selain itu, Sumbawa sebagian besar penduduknya menganut ajaran agama Islam dan minoritas agama Hindu, Buddha, dan kepercayaan pembahasan terkait Suku Samawa yang ada di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Suku Sumbawa mempunyai beragam tradisi turun temurun yang masih tetap dilestarikan keberadaannya hingga sekarang. Baca Juga Fakta-fakta Menarik tentang Istana Dalam Loka di Sumbawa 4. Makanan khasdokumen pribadiSepat adalah salah satu masakan khas Sumbawa. Belum lengkap rasanya jika kamu mengunjungi Sumbawa dan tidak mencicipi adalah makanan berkuah asam, yang di dalamnya berisikan ikan bakar, irisan tomat, asam sumbawa bage, belimbing wuluh, terong, mangga muda, dan kemiri. Ikan bakar yang digunakan biasanya baronang atau juga Gecok. Gecok berbahan dasar daging dan jeroan sapi yang digoreng bersama belimbing wuluh, parutan kelapa dan tumisan asam. Makanan ini sedikit berkuah dan rasanya pedas asam. 5. Sambal khasSambal jantung pisang sangajigroup Di Sumbawa terdapat sambal khas yang mungkin tidak ditemukan di daerah lain. Ialah sambal jantung pisang atau disebut samba kahuntu jantung pisang direbus dulu dengan tambahan garam. Kemudian diiris kecil-kecil, lalu ditambahkan juga bahan-bahan seperti bawang merah, tomat, potongan udang, daun kemangi, cabai dan bahan tambahkan garam dan penyedap rasa. Semua bahan lalu dicampur dan santan cair, ada juga yang menambahkan sedikit perasan jeruk. Baca Juga Potret Pembalap Dunia Toprak Razgatlioglu Nyabit Rumput di Mandalika
- Nusa Tenggara Barat NTB yaitu salah satu provinsi Indonesia yang terletak di bagian timur Indonesia, sebelah timur Pulau Bali. Nusa Tenggara Barat merupakan rumah bagi tiga suku aslinya yaitu Suku Mbojo, Suku Sasak, dan Suku bangsa yang mendiami Nusa Tenggara Barat kemudian melahirkan adat istiadat, bahasa, rumah tradisional, hingga kesenian tradisionalnya. Berikut adalah lima alat musik tradisional Nusa Tenggara Barat Serunai Serunai merupakan alat musik tradisional aerofon suaranya berasal dari angin NTB yang dimainkan dengan cara ditiup asal sumbawa. Di wilayah Bima, sarone disebut dengan silu sedangkan di wilayah Lombok disebut dengan pereret. Dilansir dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, Serunai terbuat dari bulu dan daun lontar, silu terbuat dari kayu sawo dan perak, sedangkan pereret terbuat dari kayu ipil dan kayu kunyit. Baca juga 4 Alat Musik Daerah Jawa BaratSerunai memiliki lima hingga enam buah lubang dengan satu lubang di bagian bawah. Masing-masing lubang serune menghasilkan nada yang membentuk tangga nada do-re-mi-fa-sol. Pada zaman dahulu, Serunai dimainkan bersama dengan kemenyan, bertujuan untuk menolak bala dan memikat gadis. Youtube/ Utak Atik Otak [Tangkapan Layar] alat musik Gendang Belek, NTBGendang Belek Gendang Belek adalah alat musik tradisional NTB yang dimainkan dengan cara ditabuh. Gendang Belek dibuat dari kayu tap yang sudah tua dan dibuat seperti selongsong dengan diamter 30 sentimeter hingga 35 sentimeter dan lubangnya ditutupi dengan kulit sapi. Gendang Belek kemudian dihiasi dengan kulit bermotif dan berwarna indah serta menarik. Gendang Belek pada awalnya ditabuh untuk menyemangati dan memberikan semangat bagi para prajurit yang akan pergi berperang dalam menbela kerajaan. Kemudian Gendang Gelek digunakan untuk mengiringi berbagai macam kesenian NTB. Gambo Vivi dan kawan-kawan dalam jurnaKontribusi Musik Gambo terhadap Perkembangan Islam di Kecamatan Sanggar Kabupate Bima 2021, menyebutkan bahwa Gambo adalah alat musik petik tradisional dari Suku Mbojo daerah Bima. Gambo memiliki bentuk seperti gambus, gita, ataupun mandolin dengan senar dan bentuk badan seperti sengah labu. Gambo dihiasi dengan ornamen dan warna-warna yang memiliki makna filosofis. Baca juga Keunikan Alat Musik Dogdog, Gendang Khas Banten
Upacara Adat Nusa Tenggara Barat Penduduk Nusa Tenggara Barat memiliki sejumlah upacara adat yang berhubungan dengan lifecycle daur hidup manusia mulai dari peristiwa kelahiran hingga kematian. Upacara adat tersebut diselenggarakan secara turun temurun oleh masyarakat. Dalam ritual upacara itu, diadakan sesaji dan selamatan. 1. Upacara Adat Kelahiran Upacara ini diadakan untuk menyambut kelahiran sang bayi. Wanita yang hamil untuk pertama kalinya biasanya mengadakan suatu upacara pada usia kandungan tujuh bulan. Oleh suku bangsa Sasak upacara ini disebut biretes, sedangkan oleh suku bangsa Sumbawa disebut bisetian. Suku bangsa Bali di Lombok menyebutnya nelahin basang. Upacara ini bertujuan untuk memberi keselamatan kepada calon ibu dan bayinya yang masih dalam kandungan. Di kalangan Suku Sasak, proses kelahiran biasanya dibantu oleh seorang dukun beranak yang disebut belian, yang mengetahui seluk-beluk proses melahirkan. Apabila seorang wanita mangalami kesulitan melahirkan, belian menafsirkan bahwa hal itu terjadi akibat tingkah laku buruk wanita tersebut sebelum hamil, misalnya berlaku kasar pada ibu atau suaminya. Oleh karena itu, diadakan upacara, seperti menginjak-injak ubun-ubun, meminum air bekas cuci tangan, dan sebagainya. Upacara itu bertujuan untuk mempercepat kelahiran sang bayi. Setelah bayi lahir, diadakan upacara perawatan ari-ari. Menurut orang Lombok, ari-ari adalah saudara bayi. Mereka menyebutnya adi kaka yang artinya bayi dan ari-arinya adalah adik-kakak. Untuk itu ari-ari mendapat perawatan khusus. Mula-mula ari-ari dibersihkan lalu dimasukkan ke dalam periuk atau kelapa setengah tua yang sudah dibuang airnya. Setelah itu periuk atau kelapa tersebut ditanam di depan tirisan rumah dan diberi tanda berupa gundukan tanah seperti kuburan serta batu-batu nisan dari bambu kecil dan diletakkan pada tempat tersebut. Berbeda dengan masyarakat Sasak, orang-orang di Desa Bantek melakukan perawatan ari-ari dengan cara meletakkannya di buah kelapa yang sudah dipecah kemudian direkat kembali dengan adonan tanah liat dan dibungkus kain putih. Setelah itu ari-ari diletakkan di atas tiang bambu yang disediakan di sudut pekarangan atau kebun. Orang-orang Boda, meskipun tinggal di Desa Bantek, juga mempunyai cara berbeda dalam merawat ari-ari. Setelah bayi lahir, ari-ari dimasukkan ke dalam tempurung kelapa muda, yang disebut kemalam, dan ditidurkan bersama bayi tersebut. Setelah bayi berumur enam bulan, diadakan upacara menunang meloga yang dipimpin oleh seorang belian. Dalam upacara itu ari-ari bayi ditanam di dalam rumah tempat bayi itu dilahirkan dan dibesarkan. Saat bayi berumur tujuh hari, masyarakat Nusa Tenggara juga menyelenggarakan suatu upacara. Di Lombok, upacara ini disebut Molangmali. Pada usia tujuh hari ini pusar bayi diperkirakan sudah gugur. Pada saat itulah bayi diberi nama. Belian mengoleskan sepah sirih di atas dada dan dahi sang bayi dan ibunya. 2. Upacara Turun Tanah Upacara ini diadakan setelah upacara molangmali saat bayi pertama kali diperbolehkan keluar rumah. Bayi itu diturunkan ke atas tanah sebanyak tujuh kali dengan ketentuan. Untuk bayi perempuan diturunkan di tempat terdapat alat menenun dan untuk bayi laki-laki diturunkan di tempat terdapat alat pertanian. 3. Upacara Pemotongan Rambut Di daerah Lombok, upacara pemotongan rambut ini disebut ngrusiang. Upacara ini berupa upacara selamatan atau doa yang dimaksudkan untuk menghilangkan rambut yang dibawa lahir oleh bayi yang disebut bulu panas. Dalam upacara ini keluarga bayi mengundang orang untuk membacakan serakalan. Kemudian ayah si bayi atau seorang laki-laki menggendong bayi itu dan berjalan mengelilingi orang-orang yang membaca serakalan. Lalu orang-orang tersebut satu per satu memotong sedikit rambut bayi. Saat upacara ini dilaksanakan orang yang menggendong bayi mengenakan alat penggendong yang disebut sabuk kemali. Sabuk ini dianggap sakti atau keramat karena cara membuatnya dan menyimpannya berbeda dengan sabuk yang lain. Pada masyarakat Sumbawa, upacara ini disebut gunting bulu, sedangkan masyarakat Bima menyebutnya boru ru dure. Upacara ini dilaksanakan ketika bayi berumur beberapa bulan sebelum bisa duduk. 4. Upacara Khitanan Di daerah Lombok, upacara ini disebut nyunatang dan diperuntukkan bagi setiap anak laki-laki yang berumur 5-7 tahun. Akan tetapi, kadang-kadang anak berusia 4 tahun pun melakukan upacara ini. Anak laki-laki yang sudah dikhitan berarti dia sudah menginjak ke arah kedewasaan. Khitan dilakukan oleh seorang dukun sunat yang disebut tukang sunat. Di daerah Bayan tukang sunat merupakan pekerjaan turun-temurun yang dinamakan raden penyunat. Setelah melaksanakan tugasnya, biasanya tukang sunat diberi imbalan berupa jajan, beras, dan uang adat atau kepeng belong sekadarnya, benang, serta cangkir. Di Bayan raden penyunat diberi beras, yaitu beras yang diisi dalam bokor lebih kurang dua kilogram, disertai kepeng belong, lekesan, dan empat buah kelapa bekas diduduki anak yang dikhitan. Sebelum dikhitan biasanya anak diharuskan berendam terlebih dahulu. Saat pergi dan pulang berendam anak itu diusung di atas juli yang disebut dengan peraja dan diiringi dengan gamelan. Di daerah Sumbawa upacara khitanan ini disebut basunat. Setelah seorang anak disunat dilakukan upacara tuning berang untuk membersihkan diri dengan air dari dukun. 5. Upacara Potong Gigi Upacara ini dilakukan oleh seorang anak yang menjelang dewasa. Oleh masyarakat Bima upacara ini disebut ndoso. Orang Bali di Lombok Barat menyebutnya mepandes dan orang Sasak menyebutnya merosoh. Namun sekarang upacara ini jarang dilakukan. 6. Upacara Adat Perkawinan Di Nusa Tenggara Barat adat istiadat perkawinan terdiri dari beberapa tahap, sebagai berikut. Tahap Menarih atau Belatoan Bertanya Pada tahap ini seorang gadis ditanya tentang kesediaannya untuk menjadi istri seorang pemuda. Pertanyaan mengenai hal tersebut disampaikan melalui seorang perantara yang disebut subandar atau jeruman. Di daerah Sumbawa tahap ini disebut bekatoan, sedangkan orang Sasak menyebutnya menarih. Tahap Panati Melamar Apabila si gadis menyatakan kesediaannya menjadi istri, dilakukanlah lamaran secara resmi yang disebut panati. Semua pembicaraan dalam proses lamaran ini menggunakan bahasa puitis dalam bahasa daerah. Kemudian keluarga pihak pemuda memberi talijangi sebagai tanda pengikat. Di kalangan Suku Sasak dan Bali di Lombok, apabila si gadis sudah menyatakan sanggup untuk menikah, saat itu juga ditentukan hari atau malam apa si gadis akan dibawa lari oleh si pemuda. Biasanya si pemuda melarikan si gadis pada malam hari. Tahap Sebo Melarikan Gadis Tahap ini hanya berlaku untuk suku bangsa Sasak. Sebo berarti sembunyi. Maksudnya gadis yang dilarikan si pemuda disembunyikan di sebuah keluarga atau rumah sahabat. Pada saat proses sebo berlangsung, baik si gadis maupun si pemuda tidak boleh terlihat oleh keluarga pihak perempuan. Atau kalau tidak, mereka akan mendapat deosan atau sanksi adat berupa denda. Tahap Sejati Utusan Jika si gadis berhasil dilarikan selama satu atau dua hari, orang harus melakukan sejati, yaitu memberi tahu orang tua si gadis bahwa anaknya telah dilarikan oleh pemuda disebut namanya untuk dijadikan istrinya. Tahap sejati ini dilakukan oleh dua orang laki-laki yang berpakaian adat. Tahap Selabar Pertunangan Tahap ini diadakan dua atau tiga hari setelah sejati dilakukan. Selabar ini dilaksanakan oleh dua orang yang melakukan sejati, yang dinamakan pembayun. Dalam selabar ini dibahas mengenai pertunangan, besar kecilnya mahar mas kawin, pemilihan wali, bayar adat, denda-denda adat jika ada, dan penentuan hari pelaksanaan sorong serah tahap setelah selabar. Di beberapa desa yang merupakan pusat agama Islam, selabar ini disebut nbeit wali, yang artinya mengambil wali. Dalam acara ini dibicarakan semua persoalan yang menyangkut pelaksanaan upacara dan pernikahan. Pembicaraan tersebut melibatkan utusan pihak laki-laki dan perempuan. Tahap Sorong Serah dan Nyokolang Tahap ini merupakan tahap paling penting dalam upacara perkawinan. Pada tahap inilah masalah-masalah adat yang timbul dari perkawinan diselesaikan. Persoalan-persoalan tersebut antara lain menyangkut soal materiil, keluarga pihak laki-laki dan pihak perempuan, dan krama gubuk. Sementara itu, nyokolang merupakan upacara permohonan maaf atas kesalahan yang dilakukan calon pengantin laki-laki pada orang tua pihak wanita, yang sekaligus permohonan restu atas perkawinan yang akan diselenggarakan. Setelah itu barulah dilaksanakan upacara pernikahan menurut agama Islam atau agama yang dianut kedua mempelai. Ngelewa Ini merupakan tahap akhir rangkaian upacara perkawinan. Kedua pengantin datang ke rumah orang tua pengantin wanita dengan membawa oleh-oleh berupa jajan atau pisang. Sebaliknya, orang tua biasanya memberi peralatan rumah tangga, seperti piring, sendok, dan tikar atau pakaian wanita yang tidak sempat dibawa waktu dilarikan. Bagi orang Bali di Lombok Barat, upacara ini disebut menango, sedangkan suku Sumbawa menyebutnya ngerang. Pada suku Sasak dan Bali kedua pengantin tidak disandingkan, tetapi diarak dengan juli, dan diiringi tetabuhan. Bila tidak diarak dengan juli, kedua pengantin berjalan kaki dengan diiringi tetabuhan. 7. Upacara Adat Kematian Upacara ini merupakan tahap akhir dari rangkaian upacara lingkaran hidup manusia. Di daerah Nusa Tenggara Barat jika seseorang meninggal, pihak keluarga segera minta air pada kyai yang disebut air ai’ pemaran. Air itu digunakan untuk mengusap muka mayat. Setelah itu, mayat ditidurkan telentang dengan posisi kepala di sebelah utara dan di kakinya diletakkan kemenyan. Segara setelah itu, pihak keluarga memberikan kabar kematian tersebut pada sanak saudara dan teman-teman dekat. Proses ini disebut bebada. Orang yang melakukan tugas tersebut dinamakan tukang bada. Seperti di daerah lainnya orang-orang pun berdatangan untuk melayat dan di Nusa Tenggara Barat ini disebut langgar. Kaum wanita biasanya membawa barang pelanggar berupa beras. Kaum laki-laki membantu tuan rumah, seperti membuat gorong batang keranda dan jangkih, menggali liang lahat, dan sebagainya. Kemudian mayat dimandikan di atas beruga. Jika yang meninggal seorang wanita, maka yang memandikannya kaum wanita. Sebaliknya, bila yang meninggal kaum laki-laki, maka yang memandikan kaum laki-laki. Setelah itu, mayat diletakkan di dalam keranda yang terbuat dari bambu. Bagi pemeluk agama Islam, mayat itu disholatkan di rumah atau di masjid. Akan tetapi, bagi orang Hindu ada yang dibakar ngaben yang disebut seme dan ada yang langsung dikubur. Sebelum mayat dikubur, biasanya diadakan upacara tepong tana di tempat pemakaman, yang dipimpin oleh seorang kyai. Terlebih dahulu kyai membaca doa lalu mencungkil tanah tempat mayat akan dikubur sebanyak tiga kali dengan menggunakan pisau kecil. Dalam bahasa Sasak upacara penguburan ini disebut nalet dengan mate. Selain upacara-upacara di atas, di Nusa Tenggara Barat masih ada beberapa jenis upacara lainnya, yang berhubungan dengan kegiatan hidup masyarakat sehari-hari. Upacara-upacara itu di antaranya sebagai berikut. 8. Upacara Ngentuni Ini merupakan upacara turun ke sawah pertama kali yang disertai dengan upacara menanam padi. Sebelumnya diadakan ngeramein gumi, yaitu mencangkul sudut sawah masing-masing tiga kali. Ini bertujuan untuk menghilangkan gangguan makhluk halus yang disebut bake dalam bahasa Lombok. Setelah itu, barulah ngentuni diadakan. 9. Upacara Bau Nyale Kata bau berasal dari bahasa Sasak yang berarti menangkap, sedangkan kata nyale berarti sejenis cacing laut yang hidup di lubang-lubang batu karang di bawah permukaan laut. Upacara Bau Nyale adalah sebuah peristiwa dan tradisi yang sangat melegenda dan mempunyai nilai sakral tinggi bagi suku Sasak. Keberadaan upacara Bau Nyale ini berkaitan erat dengan sebuah cerita rakyat yang berkembang di daerah Lombok Tengah bagian selatan. Menurut legenda dahulu ada seorang putri, bemama Putri Mandalika, yang sangat cantik. Banyak pangeran dan pemuda yang ingin menikah dengannya. Karena ia tidak dapat mengambil keputusan, ia terjun ke laut. Sebelumnya ia berjanji bahwa ia akan datang kembali satu kali dalam setahun. Rambutnya yang panjang kemudian menjadi cacing nyale tersebut. Menurut kepercayaan, banyaknya nyale yang dapat ditangkap merupakan ukuran keberhasilan panen yang akan datang. Upacara Bau Nyale diadakan secara turun-temurun oleh masyarakat Sasak. Ini merupakan upacara kesuburan. Baca juga 7 Tarian Tradisional Nusa Tenggara Barat Lengkap Penjelasannya Rumah Adat Nusa Tenggara Barat Lengkap, Gambar dan Penjelasannya Pakaian Adat Nusa Tenggara Barat Lengkap, Gambar dan Penjelasannya
- Nusa Tenggara Barat NTB terkenal akan kekayaan budayanya, yang bisa tercermin dari keberagaman jenis senjata tradisionalnya. Walaupun beberapa jenis di antaranya juga dapat ditemui di wilayah Indonesia lainnya. Misalnya keris, yang termasuk dalam jenis senjata tradisional NTB. Senjata ini bisa ditemui di wilayah Indonesia lainnya, seperti DIY, Jawa Tengah, Bali dan lain garis besar, keris di NTB tidak berbeda jauh dengan jenis keris di wilayah lainnya. Bahan utama pembuatan senjatanya berasal dari campuran logam dan besi. Sedangkan untuk bagian pegangannya terbuat dari kayu. Menurut Taqiyya Putri NS dalam Ayo Mengenal Indonesia Nusa Tenggara 2019, di NTB, keris biasanya digunakan untuk perlengkapan pakaian adat pria. Senjata ini juga sering digunakan dalam upacara kebudayaan atau acara lainnya. Baca juga Keunikan Pisau Belati, Senjata Tradisional Papua Tidak hanya memiliki keris, NTB juga memiliki dua senjata tradisional lainnya, yakni jungkat dan tulup. Berikut penjelasannyaJungkat Dikutip dari Adat Istiadat Daerah Nusa Tenggara Barat 1997 karya Ahmad Amin, dkk, jungkat merupakan senjata tradisional sejenis tombak. Senjata ini memiliki bagian ujung yang tajam. Terbuat dari bahan campuran besi dan logam. Sedangkan bagian pegangannya terbuat dari kayu jungkat ini kurang lebih berukuran panjang dua meter. Fungsi utamanya ialah untuk berburu hewan di hutan. Namun, senjata ini juga sering dimanfaatkan sebagai alat perlindungan diri dari orang jahat atau hewan buas. Tulup Dilansir dari situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, tulup menjadi salah satu senjata tradisional khas NTB, tepatnya dari masyarakat suku Sasak. Tulup bisa diartikan sumpitan atau tiup. Sekilas, senjata ini mirip seperti sumpit dari Pulau Kalimantan Baca juga Tombak dan Peda, Senjata Tradisional Sulawesi Utara Tulup terbuat dari bambu kecil berukuran 35 hingga 50 sentimeter, yang sebelumnya telah dilubangi. Lubang tersebut berfungsi untuk meletakkan peluru kecil yang terbuat kayu atau lainnya, biasa disebut ancar. Peluru ini telah diolesi racun getah pohon tatar terlebih dahulu. Cara menggunakan tulup adalah dengan ditiup. Ancar dimasukkan dalam lubang tulup dan kemudian arahkan senjata ini ke target yang dituju. Setelah itu tiup ancar dari lubang tulup hingga keluar dan mengenai target. Senjata ini lumrah digunakan untuk berburu hewan di hutan. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Rumah Adat dan Suku NTB Nusa Tenggara Barat - Nusa Tenggara Barat adalah salah satu provinsi yang ada di Indonesia yang mana juga mempunyai banyak keunikan adat istiadat dan rumah adat yang mana jadikan ikon tersendiri bagi kabupaten Sumbawa apalagi di Sumbawa ini adalah daerah yang menjadi kediaman para raja-raja yang ada di kerajaan Sumbawa pada masa lalu. Berikut ini saya akan mencoba menguraikan tentang rumah adat dari Nusa Tenggara Barat rumah adat Seperti apa saja dan keunikan apa saja yang terdapat di rumah adat Sumbawa Nusa Tenggara Barat Mari simak pembahasannya sampai selesai berikut ini. Rumah Adat NTB Nusa Tenggara Barat Rumah adat dalam Loka adalah rumah adat yang berasal dari kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat rumah adat ini adalah salah satu rumah yang menjadi tempat tinggal para raja-raja Sumbawa bisa dikatakan rumah ini adalah istana dalam Loka yang mana dibangun pada masa Sultan Muhammad Jalalludin lll pada tahun 1885. Rumah adat dalam Loka ini di desain secara khusus untuk menjadi tempat tinggal para raja-raja Sumbawa yang mana pada masa lalu di Sumbawa ini sangat kuat pengaruh budaya agama Islam yang mana hampir seluruh aspek dari adat dan kesukuan masyarakat di Sumbawa ini larut dalam nilai syariat Islam. Rumah adat dalam Loka dengan luas bangunan sekitar 904 meter persegi dan berbentuk panggung yang mana jika dilihat mulai jauh nampak indah bak istana yang sangat megah. Rumah adat dalam Loka ini dibangun dari bahan kayu yang mana terdapat sebuah filosofi tersendiri yaitu "adat berhenti ko syara, syara ko barenti kitabullah" arti dari ungkapan filosofi ini adalah semua aturan adat istiadat maupun nilai-nilai yang ada dalam sendi kehidupan masyarakat Sumbawa maka harus bersemangat kan pada syariat Islam. Struktur dan arsitektur rumah adat Nusa Tenggara Barat Rumah adat Nusa Tenggara Barat yaitu dalam lokal terdiri dari 2 kata dalam bahasa Sumbawa yakni kata dalam yang artinya istana dan kata loka yang artinya dunia. Sebutan untuk nama ini sesuai dengan fungsi rumah adat yang ada adalah bertujuan untuk pusat pemerintahan dan dan sekaligus kediaman raja raja Sumbawa pada masa lalu. Rumah adat ini sengaja di desain dengan an-nur besar yang mana Na banyak orang yang karena rumah adat dalam Loka ini mempunyai 99 tiang yang menopang tentu rumah adat ini sangat kuat apalagi 99 tiang ini berlandaskan 99 sifat Allah atau nama-nama Allah yaitu Asmaul Husna tentu ini sesuai dengan ajaran agama syariat Islam. Adapun untuk bangunan rumah adat dalam Loka ini menghadap ke selatan yaitu tepatnya menghadap ke arah Bukit sampar dan alun-alun Kota Sumbawa jadi ketika kita hendak memasuki rumah ini maka kita akan melihat sebuah ukiran khas dari pulau Sumbawa yang disebut masyarakat setempat yaitu dengan lutuengal. Ukiran ini bermotif bunga dan bermotif dedaunan. rumah adat dalam Loka ini ternyata hanya memiliki satu pintu yang dapat digunakan untuk masuk dan keluar rumah tersebut. untuk dapat masuk melewati Tangga depan yang ada di rumah dalam Loka ini. tangga yang disediakan juga sama dengan tangga-tangga pada umumnya yaitu sebuah kayu yang dimiringkan hingga menyentuh tanah lantai kayu nya ditempel oleh potongan kayu sebagai penahan pijakan. Pada umumnya rumah adat dalam Loka ini terbuat dari kayu jati untuk tiang-tiang penyangganya terbagi menjadi dua ukuran yang sama besar atau kembar yang diberi nama dengan sebutan bala rea atau Graha besar. Graha besar Ini adalah sebuah ruangan yang dipisahkan oleh dinding penyekat yang mana fungsi dan namanya masing-masing sesuai dengan fungsinya yaitu itu di antaranya Lunyuk Agung bagian ini ini pada umumnya terletak di bagian depan bangunan yang difungsikan sebagai tempat upacara adat keagamaan musyawarah ataupun resepsi pernikahan. Lunyuk Mas bagian ini adalah ruangan khusus yang mana untuk istri istri menteri permaisuri dan staf kerajaan an dan ruangan ini terletak disebelah Lunyuk Agung. Ruang dalam yang berfungsi sebagai tempat salat dan di sebelahnya juga ada kamar tidur untuk para dayang dan permaisuri yang mana Ini terletak di sebelah utara dari ruang dalam Adapun untuk ruang dalam sendiri terletak di sebelah barat. Ruang dalam yang ada di sebelah timur yang terdiri dari 4 kamar Adapun untuk kamar kamar ini ini diperuntukkan khusus bagi putra dan putri raja yang sudah menikah. Ruang sidang yang ada pada bagian belakang bala Rea ruang ini biasanya digunakan untuk bersidang pada malam hari ruangan ini juga kerap dijadikan sebagai tempat tidur para dayang. Kamar mandi yang letaknya di luar ruangan induk yang bentuknya memanjang dari kamar peraduan raja hingga ke kamar permaisuri Bala Bulo ruangan ini ini di samping Lunyuk Mas dan terdiri dari dua lantai Adapun lantai yang pertama biasa difungsikan sebagai tempat bermain anak-anak raja yang usianya masih balita atau anak-anak sedangkan lantai yang kedua difungsikan sebagai tempat untuk menyaksikan sebuah pertunjukan di lapangan istana ini khusus bagi permaisuri dan istri para bangsawan. Adapun luar bangunan balarea dikenal dengan dalam Loka hal ini menjadi di bagian dari seluruh Komplek istana. Pada zaman dulu masih banyak terdapat beberapa bagian penting yang ada di istana seperti tembok istana balap ukung gapura alas Keban alas atau kebun istana dan juga tempat khusus yang diletakkannya sebuah lonceng kerajaan. Rumah adat dalam Loka ini dibangun pada tahun 1932 istana kerajaan yaitu sejak tahun 1954 dan difungsikan sebagai rumah dinas sekaligus Wisma Praja untuk Bupati Sumbawa. Adapun balarea adalah bangunan utama dari Kompleks istana dalam Loka namun untuk sekarang ini sudah tak layak ditempati bahkan mulai ditinggalkan oleh keturunan kerajaan an yang mana dulunya mereka sebagai penghuninya dan kini Ini bahkan terlantar maka tak heran telah dipugar kembali oleh Direktorat Jenderal kebudayaan Indonesia pada tahun 1979 yang mana melalui proyek Sasana budaya maka mulai diperhatikan kembali peninggalan dari para leluhur ini. Ragam budaya suku Nusa Tenggara Barat Setelah kita membahas beberapa hal di atas tentang Nusa Tenggara Barat maka pada kesempatan kali ini saya akan memberikan sebuah informasi lebih terperinci di mana ada ada beberapa suku yang ada di Nusa Tenggara Barat yakni ada suku Bayan, suku Dompu, suku donggo, suku Bima, suku Sasak dan suku Sumbawa. Tentu masing-masing suku ini mempunyai adat istiadat atau kebudayaan tersendiri yang mana juga ada perbedaan-perbedaan kebiasaan atau upacara adat terus kekayaan alam dan lainnya baik untuk itu mari simak pembahasan lebih rinci berikut ini. 1. Suku Bayan Yang pertama ada suku Bayan suku ini mendiami pada bagian Lombok Utara yang mana kabupatennya yang bernama adalah Lombok Utara di daerah ini juga menjadi salah satu tempat wisata yang sudah terkenal adalah Air Terjun gile batu Ko atau biasa disebut dengan batu kerbau. Batu gile ini adalah sebuah tempat pemandian bidadari yang mana menurut masyarakat dahulu kala ada bidadari yang sedang mandi di tempat ini yaitu di air terjun Gile. Asal-muasalnya pada zaman dulu ada salah satu suku Bayan yang dipimpin oleh seorang raja yang mana disebut dengan Datuk Bayan bergelar susuhan Ratu Mas Bayan Agung Adapun silsilah menyebutkan bahwa Datuk Bayan ini memiliki saudara yaitu sebanyak 18 orang dari hasil perkawinannya dengan beberapa orang istri atau selir kerajaan jadi di Saudara saudara Raja Bayan atau Datuk Bayan ini kemudian mereka menyebar ke daerah-daerah yang ada di pulau Lombok. Sejarah mencatat bahwa dari Hasil perkawinan Datuk Bayan ini Adapun untuk istri pertamanya mempunyai dua orang anak laki-laki yang bergelar yaitu pangeran Mas mutering jagat dan yang satunya adalah pangeran Mas mutering langit, jadi kedua Putra inilah yang meneruskan pemerintahan kerajaan dari Raja Bayan atau Datuk Bayan. 2. Suku Dompu Yang kedua ada suku Dompu suku ini mendiami daerah provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu di Pulau Sumbawa nama kabupatennya adalah Kabupaten Dompu suku ini tersebar di 4 Kecamatan yaitu kempo, Dompu, Huu, dan kilo. Adapun untuk Kabupaten Dompu adalah daerah yang mayoritasnya banyak berbukit dan juga daerah ini dikenal dengan daerah vulkanik. Suku yang ada di Dompu ini hidup berdampingan dengan orang donggo sasak Bima Bugis Melayu Arab cina Timur dan juga Bali jadi sangat beragam dari beberapa suku ya suku Dompu ini harus bisa menyesuaikan diri karena beragamnya suku yang ada di Nusa Tenggara Barat ini. Suku Dompu ini berbahasa untuk khasnya adalah bernama nggahi Mbojo. Adapun untuk pekerjaan atau sektor yang ada di daerah Kabupaten Dompu ini yaitu itu ada sektor perkebunan perikanan perdagangan pegawai peternakan dan juga pertanian. Dengan adanya beragam bidang pekerjaan ini membuat suku Dompu dapat menyesuaikan diri dengan mudah dan memilih pekerjaannya sesuai dengan apa yang dikehendaki. 3. Suku Donggo Yang ketiga ada suku donggo, suku ini mendiami di daerah Kabupaten Bima provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu di kecamatan donggo Adapun untuk populasi suku donggo ini di perkirakan sebanyak 20000 orang. Istilah kata "donggo" atau lebih lengkapnya adalah "dou donggo" yang artinya adalah orang gunung jadi suku donggo ini terbagi menjadi dua kelompok yang sudah dibedakan berdasarkan daerahnya masing-masing ada donggo ipa dan dong Ela. Untuk donggo IPA ini daerahnya terletak di sebelah timur Teluk Bima Sedangkan untuk suku donggo Ela terletak daerahnya ini di sebelah barat Teluk Bima. Untuk perkampungan suku donggo mayoritas berada di pinggir jalan atau sungai. Suku donggo ini ini adalah suku yang pertama kali menghuni daerah Bima menurut penelitian bahwa suku donggo ini untuk adat istiadat dan bahasanya berbeda jauh dengan suku Bima atau Dou Mbojo. Ternyata suku donggo ini malah memiliki kesamaan dengan masyarakat Lombok bagian utara. 4. Suku Bima Pasti diantara kalian ada yang sudah mendengar atau mempelajari karakteristik adat istiadat atau kebudayaan dari suku Bima. Suku yang keempat yang ada di Nusa Tenggara Barat adalah suku Bima suku ini untuk jumlah populasinya cukup banyak yaitu ada sekitar suku Bima berada di Kabupaten Bima yang terletak di pulau Sumbawa Pulau Dompu pulau Sangiang yang mana Masih 1 provinsi Nusa Tenggara Barat. Adapun untuk bahasa suku Bima ini ada beberapa Apa jenis yaitu itu Bima, Sangiang dan Bima donggo. Untuk kehidupan sehari-hari suku Bima menggunakan bahasa halus dan juga kasar untuk mata pencaharian utama masyarakat suku Bima adalah dengan bercocok tanam atau menjadi petani yang mana dalam prakteknya dalam bercocok tanam suka berpindah-pindah tempat dan untuk sebagian masyarakat ada yang yang berprofesi sebagai nelayan atau menangkap ikan dan meramu hasil hutan. 5. Suku Sasak Suku yang kelima yang ada di Nusa Tenggara Barat adalah suku Sasak. Suku ini berada di deretan Pulau Nusa Tenggara Barat yang mana mendiami pulau Lombok Adapun untuk populasinya ada sekitar 1,8 juta jiwa cukup banyak sekali. Suku ini ini terdapat beberapa jenis dialek itu ada Sasak Selaparang Sasak Panjang, Sasak Bayan, Sasak Pujut, Sasak Tebango, Sasak Sembalun dan Sasak pengantap. Adapun untuk bahasa Sasak sendiri ada beberapa tingkatan yaitu ada bahasa halus biasa, bahasa halus dalam dan bahasa kasar. 6. Suku Sumbawa Suku yang ke-6 yang ada di NTB adalah suku Sumbawa suku ini mempunyai populasi sekitar kurang lebih jiwa yang mendiami di daerah kabupaten Sumbawa di Pulau Sumbawa provinsi Nusa Tenggara Barat. Untuk bahasa kesehariannya menggunakan bahasa Samawa yang terdiri atas beberapa dialek yaitu dialek semawa, baitur otop, Baitul Ante, taliwang, ropang Suri lebah, granta, Dodo dan jeruk. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat suku Sumbawa menggunakan bahasa yang halus dan juga bahasa yang kasar tergantung masing-masing individu. 6 Rumah Adat yang ada di Nusa Tenggara Barat Apakah kalian sudah tahu bahwa Nusa Tenggara Barat memiliki lima rumah adat tradisional yang mana masing-masing dari rumah tradisional ini sudah mewakili suku yang ada di Nusa Tenggara Barat. Berikut ini saya akan mencoba menguraikan secara rinci kelima rumah adat tersebut yang mana mewakili setiap sukunya yang ada di Nusa Tenggara Barat berikut ulasan selengkapnya. Berikut ini adalah 5 rumah adat Nusa Tenggara Barat 1. Rumah adat dalam Loka Rumah adat dalam Loka ini adalah rumah adat yang ada di Nusa Tenggara Barat yang paling terkenal di antara rumah adat yang lainnya karena rumah adat ini menjadi ciri khas bagi daerah Nusa Tenggara Barat yang mana pada masa lalu Raja Sumbawa yang mendesain rumah adat ini tentu rumah adat ini adalah rumah adat yang spesial karena bentuknya bagus unik dan berbeda dari rumah adat yang lainnya apalagi rumah adat dalam Loka ini didirikan oleh raja Sumbawa secara langsung. Kita tahu bahwa Sumbawa ini adalah salah satu tempat yang sangat erat dengan agama Islam sehingga rumah adat yang ada ini juga bercorak ala syariat Islam yang sangat kental apalagi dalam sebuah namanya yaitu yaitu sebuah namanya yaitu yaitu dalam Loka yang artinya istana dunia tentu hal ini masih selaras dengan rumah adat yang dulu yang pernah digunakan oleh raja Sumbawa di mana dulu Raja Raja dulu Raja Raja Sumbawa menggunakan rumah adat dalam Loka ini sebagai pusat pemerintahan kerajaan dan sekaligus kediaman sang Raja. Oleh karena itu kalau kita datang ke rumah adat tersebut yaitu rumah adat dalam Loka maka tidak heran apabila terdapat 99 tiang yang ukurannya sangat besar yaitu tiang ini mempunyai makna dengan sebuah nama Asmaul Husna yaitu ada 99 jadi disesuaikan itu ada 99 tiang penyangga untuk menopang rumah adat dalam Loka ini. Adapun untuk bagian yang terdapat di dalam rumah dalam rumah adat dalam Loka ini diantaranya adalah Bagian ruang dalam letaknya ini ada di timur dan di tempat ini terdapat 4 ini terdapat 4 kamar yang disediakan khusus untuk para putri dan Putra Raja yang sudah berkeluarga atau sudah menikah. Dan untuk ruang dalam terletak di sebelah barat dan Utara di ruangan ini terdapat sebuah sekat yaitu sebuah kelambu yang menjadikan sekatnya dan sementara bagian barat difungsikan sebagai tempat untuk salat difungsikan sebagai tempat untuk salat sebagai tempat untuk salat sementara bagian utaranya dijadikan sebagai tempat tidur untuk para dayang dan permaisuri. Bagian yang ke-3 yaitu ada lunuk Mas tepatnya disebelah Lunyuk Agung ruangan ini dikhususkan Agung ruangan ini dikhususkan untuk para istri menteri dan tempat permaisuri sekaligus biasanya ruangan ini digunakan untuk upacara adat. Ruangan yang ke-4 ada Lunyuk Agung tepatnya di depan yang mana ruangan ini digunakan untuk musyawarah tempat pertemuan dan sebagai tempat resepsi pernikahan. ruangan sidang terletak di belakang balarea ruangan ini digunakan untuk tempat tidur sayang dayang dan sebagai tempat untuk sidang. Kamar mandi letaknya berada di luar ruangan induk. Bala Bulo ruangan ini digunakan untuk tempat bermain anak-anak sang raja. Di luar istana terdapat sebuah rumah Jamal kebun istana gapura dan juga lonceng istana. 2. Rumah adat Bale Rumah adat ini ini ini letaknya di Oujut Lombok Tengah di desa rembitan Dusun Sade. Rumah ini ini didiami oleh suku Sasak yang mana rumah Bali ini ini sangat dikeramatkan karena masyarakat sekitar meyakini bahwa apabila ada orang yang membuat rumah Bale namun tidak mengikuti aturan adat yang ada makan orang tersebut akan bernasib buruk ketika orang tersebut tinggal di rumah tersebut. 3. Rumah adat istana Sumbawa Rumah adat istana Sumbawa ini mulai dikembangkan oleh Kesultanan Muhammad Jalaludin Syah 3 rumah adat ini tepat berada di area Kota Sumbawa rumah ini didirikan sebagai tempat tinggal Sang Raja dan sekaligus untuk menyimpan barang-barang berharga atau bisa dikatakan dengan artefak kabupaten Sumbawa. 4. Rumah adat Bale Lumbung Rumah adat ini ini adalah rumah ada yang berasal dari suku Sasak yang mana memiliki bentuk yang unik rumah ini berbentuk panggung dan untuk bagian ujung atapnya melebar dan runcing. Adapun ketinggian antara lantai dengan tanah sekitar 1,5 sampai 2 meter bahkan ada yang sampai 3 meter. Rumah adat ini tak tak jauh beda dengan rumah adat yang lainnya memiliki tujuan yang sama yaitu bertujuan untuk menyimpan barang agar tidak banjir dan juga untuk menghindari serangan hama tikus dan hewan-hewan lainnya. 5. Rumah Adat Bale Jajar Rumah adat Bale Jajar adalah ah rumah adat dat eh suku Bali rumah ini memiliki satu serambi yang disebut dengan sesangkok dan juga dua delam Bale. Rumah ini ini lebih besar dan lebih luas daripada rumah Tani rumah ini juga digunakan sebagai untuk menyimpan makanan dan keperluan rumah tangga lainnya Adapun untuk rumah ini ini sudah dilengkapi sekenam dan di bagian depannya disediakan sebuah sekepat. 6. Rumah Adat Berugaq Sekenam Rumah adat berugaq sekenam adalah rumah adat yang keseluruhannya memiliki 6 penyangga tiang utama Ma dengan atapnya yang digunakan adalah ilalang bahkan rumah ini tidak menggunakan dinding dari tiang yang ada ada maka menjadikan rumah ini kokoh berdiri. Nah itulah tadi beberapa penjelasan atau uraian dari karakteristik keunikan suku yang ada di di provinsi Nusa Tenggara Barat semoga ulasan kali ini dapat bermanfaat dan menjadi referensi bagi teman-teman semua. Terima kasih sudah membaca artikel ini semoga bermanfaat dan menambah wawasan kita jangan lupa baca juga artikel yang lainnya tentang budaya adat istiadat di Indonesia tetap di mediasiana.
- Umat Islam dianjurkan berdoa sekecil apapun aktivitasnya. Bahkan, kita dianjurkan berdoa ketika melintasi kuburan. Pasalnya, melewati kuburan bisa menjadi pengingat bahwa hidup di dunia hanya sementara. Suatu saat nanti, setiap orang akan menghadapi kematian. Untuk itu, berdoa ketika melewati kuburan bisa menjadi momen refleksi. Kita diajak berpikir tentang kehidupan akhirat dan pentingnya mempersiapkan hidup setelah mati. Berdoa ketika melewati kuburan juga bisa untuk memohon ampun kepada Allah SWT, serta mendoakan orang yang sudah meninggal. Doa-doa tersebut adalah ungkapan kasih sayang, penghormatan, dan pengharapan agar Allah mengampuni dosa-dosa mereka serta memberikan rahmat dan keberkahan kepada mereka. Selain itu, berdoa saat melewati kuburan juga merupakan amalan yang dianjurkan dalam tradisi dan adat istiadat di beberapa budaya dan masyarakat. Itu semua sebagai tanda penghormatan kepada orang yang telah meninggal dan sebagai bentuk pengabdian kepada Tuhan. Penting untuk menjaga rasa hormat dan kekhusyukan dalam berdoa saat melewati kuburan, serta memahami makna dan tujuan di balik amalan tersebut. Dalam kitab al-Wasaail as-Syaafi’ah, Sayyid Muhammad bin Ali al-Husaini menyebutkan bahwa doa yang dibaca oleh Sayyidina Ali ketika melewati kuburan adalah sebagai berikut; السَّلامُ عَلَى أَهْلِ لا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ ، مِنْ أَهْلِ لا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ ، يَا أَهْلَ لا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ ، بِحَقِ لا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ ، كَيْفَ وَجَدْتُمْ قَوْلَ لا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ ، مِنْ لا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ ، يَا لا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ ، بِحَقِ لا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ اغْفِرْ لِمَنْ قَالَ لا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ ، وَاحْشُرْنَا فِي زُمْرَةِ مَنْ قَالَ لا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ Arab Latin Baca juga Update BMKG Gempa Cianjur Jawa Barat Minggu 11 Juni 2023, Magnitudo 3,5 SR di Darat Baca juga 26 Poster Gambar Ucapan Selamat Idul Adha 2023/1444H, Taqabbalallahu Minna Wa Minkum
Kebudayaan Nusa Tenggara Barat NTB- Halo teman teman gimana kabarnya nih? Semoga baik-baik aja ya hehe. Oh iya! Apakah kalian sudah pernah berkunjung ke Nusa Tenggara Barat NTB? Bagaimana kebudayaan di sana? Tahukah kalian apa saja kebudayaan di Provinsi Nusa Tenggara Barat?Nah di artikel ini saya akan membahas kebudayaan yang terdapat di provinsi yang kita lebih kenal dengan sebutan NTB yakni Nusa Tenggara Barat NTB.Setelah kemarin kita membahas kebudayaan Jawa Timur dan Kebudayaan Nusa Tenggara Timur, sekarang gilang provinsi tetangga nya yaitu Nusa Tenggara Barat. Penasaran? Yuk baca artikel ini sampai habis ya!Contents1 Kebudayaan Nusa Tenggara Barat2 Rumah Adat – Kebudayaan Nusa Tenggara Rumah Dalam Istana Rumah Adat Rumah Adat Bale Rumah Adat Bale Rumah Adat Berugaq Sekenam3 Pakaian Adat – Kebudayaan Nusa Tenggara Pakaian Pakaian Pakaian Adat Suku Bima – Pakaian adat kaum laki-laki Bima4 Tarian adat – Kebudayaan Nusa Tenggara Barat5 Senjata Tradisional – Kebudayaan Nusa Tenggara Barat6 Lagu Daerah Nusa Tenggara Barat7 Tenggara Barat atau NTB merupakan provinsi yang berada pada bagian barat Kepulauan Nusa Tenggara di Indonesia. Ibu kota provinsi ini yaitu kota Mataram, dan provinsi ini memiliki beberapa kota serta kabupaten yang tentunya mempunyai keanekaragaman budaya dan adat istiadat masing-masing. Provinsi ini memiliki dua pulau terbesar di bagian Barat ada Lombok dan di bagian Timur ada pulau mencatat provinsi ini pada asal nya termasuk bagian wilayah Provinsi Sunda Kecil yang beribu kota Singaraja. Namun kemudian wilayah Provinsi Sunda Kecil ini dipecah menjadi 3 provinsi yaituBaliNusa Tenggara BaratNusa Tenggara Bangsa Nusa Tenggara BaratMayoritas suku di provinsi ini yaitu suku Sasak dari Lombok, sementara masyarakat Bima suku Mbojo dan Sumbawa adalah kelompok etnis terbesar di Pulau Sumbawa. Berikut ini daftar beberapa suku atau etnis yang terdapat di Nusa Tenggara 68%Bima 14%Sumbawa 8%Bali 3%Jawa 2%Mayoritas suku di provinsi ini yaitu suku Sasak dari LombokBahasa Daerah Nusa Tenggara BaratIndonesia bahasa resmiSasakSamawaMbojoBaliJawaMelayuBahasa sehari-hari masyarakat NTB adalah bahasa sasakAgamaMayoritas penduduk Nusa Tenggara Barat beragama Islam, yaitu sekitar 94%. Berikut daftarnyaIslam Protestan penduduk Nusa Tenggara Barat beragama Islam, yaitu sekitar 94%Nah berikut ini beberapa adat istiadat atau kebudayaan yang terdapat di Nusa Tenggara Barat. Simak penjelasannya di bawah Adat – Kebudayaan Nusa Tenggara BaratProvinsi Nusa Tenggara Barat ini memiliki beberapa Rumah Adat yang menarik untuk kita ketahui, berikut ini beberapa daftar rumah adat yang terdapat di Nusa Tenggara Barat. Simak penjelasannya di bawah iniRumah Dalam adat yang akan kita bahas pertama dari provinsi ini yaitu rumah adat dalam loka, rumah ini adalah rumah asli para raja Sumbawa dahulu, desain nya pun asli dari para raja tersebut, rumah ini sangat kental dengan agama islam, karena memang ajaran islam cukup kental di provinsi pengaruh islam berdampak pada kehidupan kebudayaan masyarakat Nusa Tenggara Barat, termasuk rumah Dalam Loka ini mempunyai makna Istana Dunia. Hal ini berkaitan dengan kegunaan dari rumah adat tersebut yang dipakai sebagai tempat tinggal raja dan merupakan tempat pusat pemerintahan Sumbawa di kala ini berukuran cukup besar dan memiliki 99 tiang yang dimana disetiap tiang terdapat Asmaul Husna ajaran Islam. Tiang-tiang ini dibagi menjadi dua bagian dan tiang-tiang inilah yang menopang rumah, tiang-tiang ini di sebut dengan Bala Rea yang artinya graha besar dan graha ini memiliki beberapa ruangan yaituLunyuk Agung terdapat dibagian depan, fungsinya untuk tempat pertemuan, musyawarah, serta acara Mas pada bagian sebelah Lunyuk Agung, gunanya sebagai tempat permaisuri, istri menteri, atau staf jika sedang berlangsung upacara dalam di bagian Barat dan Utara. Ruangan ini dipisah dengan memakai sekat kelambu. DI bagian Barat berguna untuk tempat sholat, dan di bagian Utara digunakan sebagai tempat tidur permaisuri dan para dalam di bagian Timur, terdiri dari 4 kamar yaitu 1 untuk tempat putra, putri, raja, dan orang yang sudah Sidang, di bagian belakang bala rea dan berfungsi sebagai tempat sidang serta tempat tidur mandi di bagian luar ruangan Bulo, digunakan sebagai tempat bermain anak luar istana, terdapat beberapa ruangan seperti kebun istana, gapura, rumah jam, dan lonceng sejarah, Istana Sumbawa ini mulai berkembang di masa pemerintahan Sultan Muhammad Jalaluddin Syah 3. Rumah adat ini terletak di Kota Sumbawa Besar. Rumah ini digunakan sebagai tempat tinggal raja dan tempat menyimpan benda-benda berharga dan artefak di Kabupaten Adat ini adalah rumah adat NTB yang berasal dari suku Sasak. Rumah adat ini terletak di dusun Sade, desa Rembitan, Pujut, Lombok Tengah. Sampai sekarang desa Sade masih memegang teguh tradisi dan kelestarian rumah adat ini sehingga rumah adat ini masih terjaga hingga saat Sasak mempunyai kepercayaan bahwa untuk membangun rumah ini ada aturan-aturan khusus seperti aturan kapan waktu yang tepat untuk mendirikan rumah ini, jika aturan tersebut mereka abaikan, diyakini bahwa akan ada nasib buruk ketika menempati rumah Adat Bale adat ini masih terdapat di suku Sasak, rumah ini terlihat unik dari bentuk nya yang panggung, atapnya berujung runcing dan lebar, atapnya mempunyai jarak sekitar 1,5 sampai 2 meter dari tanah dan berdiameter 1,5 sampai 3 serta atap rumah ini dibuat dari jerami dan alang-alang, dinding dari anyaman bambu, lantai dari papan yang disangga dengan beberapa tiang dan pondasi dari batu dan Adat Bale Bale Jajar ini merupakan tempat tinggal untuk suku Sasak dengan ekonomi menengah ke atas. Rumah ini memiliki dua delam Bale dan Satu Serambi yang disebut Sesangkok. Selain itu, Bale ini juga mempunyai sambi yang berguna untuk tempat menyimpan bahan makanan dan keperluan rumah lainnya. Pada bagian depan juga dilengkapi dengan sekepat dan di bagian belakang dilengkapi dengan Adat Berugaq adat ini mempunyai enam tiang penyangga. Berugaq Sekenam berfungsi sebagai tempat belajar tentang nilai-nilai kebudayaan, tata kerama, dan sebagai ruangan berkumpul ini cukup sederhana dengan atap dari ilalang dan tidak ada Adat – Kebudayaan Nusa Tenggara Tenggara Barat ini didominasi oleh dua budaya yaitu budaya suku Sasak dan suku Bima, akan tetapi di tingkat Nasional yang sering terkemuka adalah budaya suku Sasak, termasuk pakaian adat suku Sasak ini menjadi ikon pakaian tradisional Nusa Tenggara Adat Suku SasakPada zaman sekarang, pakaian adat suku Sasak yang masih bisa kita temukan sebagai bukti kebudayaannya adalah pakaian adat Lambung dan Pegon. Pakaian ini memiliki ciri khas karakteristiknya sendiri. Mari kita bahas penjelasannya dibawah LambungPakaian adat ini dikenakan khusus bagi wanita pada waktu menyambut kedatangan tamu dan pada saat upacara adat yang dikenal dengan nama Mendakin atau ini berwarna hitam dengan bentuk kerah huruf “V”, tanpa lengan, dan dihiasi manik-manik pada tepian jahitan. Pakaian ini dilengkapi selendang yang bercorak Ragi Genep pada bahu kanan atau bawahan, dipakai kain panjang yang dibalutkan pada pinggang. Pakaian ini biasanya dilengkapi aneka ragam aksesoris seperti gelang tangan dan kaki, anting berbentuk bulat, dan bunga cempaka atau mawar yang terselip di sanggulan PegonPakaian adat ini dikenakan oleh laki-laki. Pakaian ini merupakan hasil adaptasi dari kebudayaan Eropa dan Jawa yang dibawa ke Nusa Tenggara Barat di masa lalu. Bentuk pakaian ini adalah jas hitam. Sedangkan untuk bawahannya, dikenakan Wiron atau Cute yakni batik bermotif nangka dengan bahan kain pelung Adat Suku Bima – RimpuPakaian adat rimpu ini berasal dari suku bima. Pakaian ini bentuknya hampir sama dengan bentuk mukena, yaitu satu bagian menutupi kepala sampai perut serta satu bagian lainnya menutupi perut sampai ini memiliki fungsi yaituRimpu Cili khusus bagi perempuan yang belum menikah, pakaian ini menutupi seluruh tubuh kecuali mata, Colo bagi perempuan yang telah menikah. Pakaian ini menutupi seluruh tubuh kecuali adat kaum laki-laki BimaPakaian adat Laki-laki suku Bima biasanya mereka memakai ikat kepala dari kain tenun dengan nama Sambolo. Sambolo dipakai dengan ujung-ujung melingkari kepala. Atasan pakaian pria berbentuk kemeja lengan panjang dan bawahannya sarung songket yang disebut Tembe Me’e. Pakaian bawahan dilengkapi selendang sebagai ikat pinggang atau adat – Kebudayaan Nusa Tenggara tarian rudat Nusa Tenggara BaratNusa Tenggara Barat memang terkenal dengan ragam jenis tarian adat, berikut daftar tarian yang terdapat di Nusa Tenggara Tarian Asal Keterangan1Tari Buja KanandaSuku Bima Dimainkan 2 orang laki laki2Tari GandrungBanyuwangiTarian Ritual3Tari Gendang BaleqSuku SasakDimainkan berkelompok4Tari LenggoSuku BimaTarian Istana5Tari Nguri Suku Sumbawa Tarian Ritual Masyarakat6Tari Oncer Suku Sasak Tarian berkelompok7Tari Peresean Suku Sasak Tarian Ritual8Tari Rudat Suku Sasak Ritual penyamnbut tamu9Tari sanggulu Suku Bima Tarian Maulid Nabi Saw10Tari Wura Bongi MoncaSuku Bima Tarian RitualSenjata Tradisional – Kebudayaan Nusa Tenggara beberapa senjata yang menjadi ciri khas dari Nusa Tenggara Barat, berikut daftarnyaNoNamaAsal Keterangan1KerisLombokKeris Lombok berukuran besar dan panjang sekitar 58 cm sampai 71 lombokKlewang merupakan pedang khas tentara khusus kerajaan Lombok3TulupSuku Sasak LombokTulup merupakan salah satu senjata tradisional berburu Suku Sasak, Lombok4GolokSuku Sasak LombokGolok tradisional Lombok khusus untuk kalangan tertentuLagu Daerah Nusa Tenggara BaratNoNama Asal1Halele U Ala De TeangSuku Sasak2Tutu KodaSunda Kecil3Pai Mura RameSuku Bima4Tebeb O NanaSunda KecilPenutupDemikian penjelasan tentang kebudayaan yang ada di provinsi Nusa Tenggara Barat ini, semoga bermanfaat. Terima kasih 🙂
Yuk kenali budaya daerah lain di Nusa Tenggara Barat. Mataram, IDN Times - Nusa Tenggara Barat NTB merupakan provinsi yang berada di Kepulauan Nusa Tenggara. Dua pulau besar di provinsi ini adalah Lombok yang terletak di bagian barat dan Sumbawa yang terletak di bagian timur .Selain keindahan alam yang memukau mulai dari pantai yang terkenal di lombok . Ada juga keunikan lain yang menjadi daya tarik NTB, yakni kekayaan budaya dan adat istiadatnya yang jarang diketahui dunia luar. Seperti salah satunya filosofi gaya berpakaian tradisionalnya masyarakat NTB yang terdiri Suku Sasak, Mbojo, dan Sumbawa. 1. Seni budaya rimpu masyarakat di Bima merupakan sebuah budaya dalam dimensi busana pada masyarakat Bima. Budaya rimpu telah hidup dan berkembang sejak masyarakat Bima menerima Islam yang dibawa setelah ada hubungan dagang di antara Kerajaan Bima dan Goa di Sulawesi Selatan. Rimpu merupakan cara berbusana yang mengandung nilai-nilai khas yang sejalan dengan kondisi daerah yang bernuansa Islam. Ada beberapa jenis rimpu yang digunakan wanita pada ini juga menandai status sebagai identitas wanita yang menggunakannya. Baca Juga Harmonisasi Sosial Budaya dalam Kehidupan Bermasyarakat di Papua 2. Rimpu cili/mpidaFacebook Rimpu cili/mpida untuk wanita remaja dan yang belum nikah. Rimpu cili/mpida diperuntukkan bagi remaja atau wanita yang belum bahwa seorang wanita yang belum menikah sebaiknya menutup aurat kecuali kedua matanya, seperti memakai Rimpu colo untuk wanita yang sudah menikah. Rimpu colo dikhususkan bagi wanita muslim yang sudah menikah, pemakaiannya pun sama seperti jilbab pada umumnya, menutup aurat kecuali wajah digunakan sebagai perlengkapan pakaian sehari-hari. Kain yang digunakan pun merupakan sarung yang biasa disebut tembe sarung yang umumnya ditenun oleh para wanita itu yang menarik dari masyarakat NTB kan? Menambah khazanah pengetahuan tentang kekayaan budaya dan adat istiadat bangsa kita ini. Baca Juga Tradisi, Budaya dan Makanan Khas Suku Samawa di NTB IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.